22.57

Siapa bilang jadi guru itu mudah?

by , in
Melihat Story WhatsApp salah satu hiburan ketika tugas akhir menumpuk di akhir tahun, jelas ada kebahagian sendiri melihat aktivitas para pengguna setia sosial media khususnya WhatsApp. Hari ini saya betul-betul di buat tertawa dengan postingan salah satu junior saya yang sedang melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di salah satu sekolah, dia memposting hasil jawaban anak murid nya yang membuatku mendapatkan referensi untuk menulis, yang sebenarnya sudah lama ingin ku tulis menjadi sebuah artikel yang berkaitan dengan salah satu mata kuliahku.

Jadi begini, ada beberapa soal yang diberikan pada siswanya pada Ujian Akhir Semester (UAS). Soal isiannya seperti ini “surah al-fatihah turun di kota ......” jelas jawaban di kunci jawaban guru adalah “Mekkah”. Dan apa jawaban polos siswa ini. Jawabannya adalah “Tarakan”. Salah? jelas tidak.
Soalnya berikutnya “anak yang disiplin akan disayang.....” jawabannya seharusnya adalah “semua orang”. Tapi apa jawabanya si siswa yang cerdas ini “orangtua”. Salah? Tidak.
Soal diatas  adalah sebagian dari sekian banyak soal yang diberikan pada saat UAS. Dari dua soal tersebut jelas membuat kita tertawa ketika membaca jawaban polos para siswa tersebut. Jawaban yang dia tulisankan itu benar-benar jawaban yang luar biasa menurutku, tapi mungkin tidak bagi gurunya tapi bisa jadi juga guru sepahaman denganku atau bahkan jawaban si anak membuat gurunya tertawa dan merasa terhibur sehinga tidak begitu tegang dalam mengoreksi jawaban para siswanya dan tidak menjadikan kewajiban sebagai beban. Terserahlah yaaa.
Baiklah, saya mencoba untuk berada diposisi siswa tersebut terlebih dahulu. Jadi, saya tau alasan mengapa mereka menjawab pertanyaan secerdas itu. Siswa kelas satu sekolah dasar, usia 6-7 tahun, usia memasuki tahan operasional kongkrit. Dimana pada usia tersebut siswa belajar melalui pengalamannya, apa yang sudah dia lakukan dan bisa paham melalui benda-benda yang kongkrit. Dari kedua soal tersebut di usia masih kisaran 6-7 tahun apakah mereka tau apa itu mekkah? Dimana itu mekkah? Dan tempat atau bahkan benda seperti apakah itu mekkah? Tidak. Mereka tidak tau. Kenapa jawabannya Tarakan, Karena di kota itulah mereka tinggal dan bisa jadi, di tempatnya mengaji di Tarakan ada bacaan surah al-fatihah, maka dari itu mereka menjawab Tarakan. Bagaimana?

Soal berikutnya, kenapa jawabannya orangtua. Bisa jadi menurutnya yang sayang kepada dia ketika dia berbuat baik atau pun disiplin yang sayang dan peduli hanya bapak dan ibunya saja. Bisa jadi orang lain seperti kakak, tante, om dan yang lainnya tidak peduli soal itu. maka menurutnya jawaban yang tepat adalah orsng tua. Pada saat anak belajar menjadi makhluk sosial, agen pertama yang memperkenalkan hal tersebut adalah keluarga terkhusus bapak dan ibu. Hal ini memang tidak kita sadari tapi dalam teori sosialisasi dan perkembangan kepribadian Anak khususnya pada anak sekolah dasar keluarga merupakan agen pertama yang mengajarkan hidup bersosialisasi.
Dari jawaban para siswa yang cerdas ini, kita harusnya sedikit intropeksi diri khususnya para guru sekolah dasar. Bukan persoalan benar dan salah tapi lebih dari itu. bagaimana kita khsusnya para guru atapun calon guru paham dengan perkembangan anak, baik dari kognitif, afektif dan psikomotoriknya.

Lalu ....
Mau bilang jadi guru itu mudah? Atau menjadikan profesi guru sebagai pelarian karena telah ditolak di semua perusahaan. Menjadi guru tidak cukup dengan masuk kelas, mengajar dan memberi nilai lalu selasai. Sampai saat ini saja saya belum siap menjadi guru mengingat pertanggungjawabannya kelak kepada sang kuasa. Guru bukanlah profesi yang mudah. Butuh keahlian yang khusus, pengalaman yang cukup dan kedalaman ilmu yang harus selalu di update.
Ada satu hal yng penting dan harus kita pertahankan menurut saya dari hasil jawaban dari para siswa tersebut, yaitu, sikap jujur. Jujur akan jawabanya yang dia berikan. Walaupun terkadang banyak guru yang tidak melihat dari sisi tersebut. Itulah adalah salah satu bentuk implemntasi pendidikan karakter yang di miliki anak. Sesuai dengan PerPres mengenai Penguatan Pendidikan Karakter yang disingkat PPK. Karena menurut saya pendidikan karakter itu bukan sekedar teori tapi dilakukan dan dilaksanakan.

Jadi, guru jangan hanya berpaku pada kunci jawaban dan kurikulum. Padahal kurikulum bukanlah kita suci yang mutlak lalu spenuhnya harus diikuti. Ingat, yang membuat kurikulum juga manusia jadi wajar kalau jauh dari kata sempurna. Maka dari itu tugasnya guru untuk cerdas dalam menganalisa standar isi yang terdapat dalam kurikulum. Serta perlunya kreativitas guru dalam menilai setiap kecerdasan yang di miliki masing-masing siswa. Karena setiap anak memiliki kecerdasan yang berbed-beda. Kalau sekarang kita ribut berbicara soal Korupsi Papa dan Tiang Listrik  yang malang, dari jawaban siswa yang jujur itulah kita bisa belajar pentingnya sikap jujur yang harus ditanamkan kepada anak sejak dini. Menghargai jawaban jujur anak lebih baik daripada memaksakan anak untuk mengikuti jawaban lain yang membuat mereka harus berbohong. Awas! Salah didik, guru bisa menciptakan generasi koruptor.
22.29

Merekonstruksi Pikiran

by , in
Dulu,,,,,Aku berpikir jika ada orang yang pidato, diskusi Sharing dan sebagainya. Dan orang tersebut menyampaikan pengalaman, relasi dan prestasi nya. Aku selalu mengira mereka pamer dan sebagian orang juga berpikir atau menilai itu sombong. Itu hanya satu dari sejuta pikiran negatif yang biasa kita pikirkan sih.....

Ternyata setelah itu aku alami sendiri, sebenarnya bukan itu tujuannya. Tapi lebih bagaimana kita mampu mengajak orang lain untuk sama-sama terus maju, berinovasi dan berkarya.  Dan dari yang di lakukan itu akan timbul semangat untuk terus bangkit. Maka ini yang sering kita katakan “Kenapa dia bisa, aku tidak !”.

Sebenarnya memang tidak  mudah untuk mempositifkan setiap informasi yang kita terima tersebut. Terutama untuk para perempuan, menerima informasi menjadi postif agak sedikit sulit. Mungkin karena perempuan selalu menggunakan rasa dari pada logika apalagi kalau pernah merasa disakiti. BAPER.....

Setiap manusia mengalami yang namanya perkembangan khususnya perkembangan kepribadian. Mulai kita dilahirkan sampai kita menutup mata. Proses perkembangan kepribadian tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor internal (dorongan dalam diri) tetapi juga sangat di pengaruhi oleh faktor sosial yang ada dilingkungan dimana individu tumbuh dan berkembang, seperti teman dan lingkungan. Jika kita memiliki atau selalu bertemu dengan orang-orang yang beraura positif maka potensi untuk menegatifkan pikiran itu sedikit. Begitu juga lingkungan, ketika kita berada di lingkungan yang di kelilingi orang-orang yang selalu berbuat hal-hal positif secara tidak langsung kita akan terpengaruh untuk melakukan atau berfikir yang positif.

Tanpa di sadari pula sebenarnya ada proses belajar yang terjadi. Dimana ada proses mengubah informasi menjadi proses mental atau berpikir dari sebuah pengalaman. Menurut ahli teori belajar konstruktivisme Bruner dan Ausubel pembelajaran bermakna itu sangat berpengaruh pada proses belajar seseorang dimana melalui proses asimilasi yaitu penerapan informasi baru dalam pikiran kemudian di akomodasi yaitu menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat.

Maka dari proses belajar yang terjadi itulah, kita sadar bahwa apa yang menjadi kebiasaan kita dalam menerima informasi harus selalu di usahakan menjadi informasi yang mengajak kita ke arah yang positif. Jika kita tetap masih pada pola pikir yang seperti itu, maka akan menjadi manusia yang sia-sia. Saatnya eksplor semua kemampuan yang di miliki agar bisa bermanfaat untuk orang banyak. Yuk Hijrah.... Hijrah tidak melulu soal penampilan tapi beriringan dengan menghijrahkan ahlak menjadi lebih baik.  Zaman sudah semakin canggih, jika masih pada tataran sibuk dengan kehidupan orang lain. Maka selamat menikmati kekerdilan.....

Ayoo, menjadi generasi yang cerdas dan berliterat.




22.01

Perempuan dan Pendidikan

by , in
Apa dari perempuan yang tidak menjadi perhatian. Mulai dari pakaian, body, kebiasaan dan pilihan hidupnya pun menjadi perhatian publik. Bukan hanya dibicarakan oleh kaum adam tapi sesama perempuan pun, perempuan tetap menjadi bahan perhatian. Makhluk apakah sebenarnya perempuan ini? Mengapa setiap konteks apapun perempuan selalu dihadirkan. Bahkan dalam beberapa konteks perempuan dianggap sebagai masalah.

Saya mengutip sedikit tentang perempuan yang ada di wikipedia “Perempuan adalah salah satu dari dua jenis kelamin manusia; satunya lagi adalah lelaki atau pria.  Awal hadirnya perempuan yaitu kehadiran hawa, yang diciptakan untuk menemani Adam menjalani perintah Tuhan di dunia ini. Pada cerita Adam dan Hawa pertama kali diturunkan ke bumi, perempuan sudah dimaknai sebagai biang masalah. Diceritakan bahwa Hawa merupakan penyebab mereka turun ke dunia, dikarenakan Hawa tergoda bujuk rayu setan yang menyuruhnya untuk mengambil buah kuldi (buah yang dilarang untuk dimakan). Hawa dan Adam yang memakannya langsung diperintahkan untuk turun ke dunia. Cerita inilah yang menjadi salah satu wacana yang selalu dibicarakan terkait dengan perempuan biang keladinya masalah”
Dalam cerita adam dan hawa saja, dikatakan bahwa perempuan biang keladinya masalah. Kasian sekali perempuan ini? Oke sudah, kita tidak usah membahas lebih jauh perempuan si pembuat masalah.
Apa yang menjadi stigma tentang perempuan saat ini, sebenarnya menjadi tantangan sendiri untuk para perempuan. Apa kah membiarkan hal tersebut terus menjadi hal yang lumrah atau ingin menyangkal stigma yang ada.

Ada banyak hal yang bisa dilakukan perempuan untuk menyangkal stigma yang ada, salah satunya memilih untuk menjadi perempuan yang aktif dibidang pendidikan. Mengapa pendidikan? Karena menurut saya pendidikan  merupakan salah satu motor penggerak perubahan bergantung apa yang ingin kita ubah agar nanti bisa fokus untuk melakukan perubahan tersebut.
Sejatinya pendidikan bukan hanya melalui formal tapi pendidikan non formal juga belakangan ini sangat berkembang dengan baik. Lalu sejenak kita kembali lagi dengan pertanyaan “apa sih  pentingnya pendidikan?” tanpa ragu jawabannya pendidikan itu sangat penting. Lalu, akan muncul pertanyaan lagi  “apakah pendidikan yang tinggi sangat penting untuk seorang perempuan?” tanpa ragu jawabannya SANGAT PENTING.
Pendidikan pada masa sekarang ini seharusnya tidak lagi memandang gender, apakah dia kaum perempuan ataupun laki-laki. Memiliki pendidikan yang tinggi bagi seorang perempuan mungkin bukan hal yang mudah untuk dicapai apalagi jika dikaitkan dengan kodrat perempuan yang kelak akan menjadi seorang ibu rumah tangga. So, why not? Tidak lah salah jika kelak memang seorang perempuan akan menjadi ibu rumah tangga tetapi memiliki pendidikan yang tinggi.
Pendidikan tinggi yang dimaksud ini juga bukan hanya berbicara tentang pendidikan formal yang kita peroleh di sekolah atau di universitas, tetapi bagaimana seorang perempuan memiliki pengetahuan yang luas dan berusaha meraih pendidikan yang lebih baik itu juga menjadi catatan penting. Karena sejatinya proses merupakan hal yang paling penting dari hasil yang secara kasat mata selalu terlihat.
Melalui pendidikan yang baik kita bisa semakin berilmu.. Melalui pendidikan kita bisa mengubah kehidupan kita menjadi lebih baik. Melalui pendidikan kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Melalui pendidikan yang baik kita bisa semakin berpikir kritis dan berdampak positif bagi orang lain. Melalui pendidikan yang baik yang bisa kita raih kelak kita akan menjadi seorang ibu yang baik untuk anak-anak kita. Tidak menyalahi kodrat sebagai perempuan kan? Bahkan semakin memuliakan kodrat kita sebagai perempuan.
Khususnyadi hari lahirnya Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (KOPRI) yang ke 50  dan Hari Guru saya ingin mengajak perempuan-perempuan hebat yang ada di dalam untuk sedikit melek melihat keadaan yang ada saat ini. Saat ini jika perempuan tidak mampu bersaing dan mempersiapkan diri untuk mengambil bagian menciptakan perempuan hebat maka selamanya perempuan akan menjadi perhatian dan korban dalam konteks tertentu. Maka berproseslah anda pada zona zaman anda, berpolitik, menjadi akademisi bahkan pengusaha, why not girls? Dan untuk semua guru yang ada di Indonesia bahkan guru yang lahir dari jebolan KOPRI jadi lah pendidik yang kehadirannya selalu di rindukan. Ciptakan generasi yang unggul dalam bidang apapun karena setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda.




05.04

Terapung di 36.000 Detik

by , in

Siandau pulau kecil diatas permukaan laut yang terletak tepat di desa ligau kecematan sekatak kalimantan utara dengan jumlah ± 22 kepala keluarga. Disinilah 18 anak-anak cerdas indonesia menuntut ilmu, dengan keadaan sekolah yang sangat memperihatinkan. ada satu kelas yang digunakan untuk semua murid mulai dari kelas 1 sampai kelas 6, karena jumlah siswa yang sedikit dan terkadang berkurang karena banyak yang tidak bersekolah karena membantu orang tuanya bekerja dan berangkat ke tarakan bersama keluarganya. Dengan tiga orang guru yang ditempatkan mengajar di sekolah tersebut. Aktivitas belajar mengajar di sekolah sangat memprihatinkan, anak-anak jarang turun sekolah karena guru yang tidak ada ditambah lagi dengan fasilitas sekolah yang tidak memadai. Dalam sebulan  bisa dikatakan anak-anak ini bisa bersekolah hanya berapa kali saja,  ya kembali lagi karena tidak adanya guru yang mengajar disekolah.  Sebenarnya ini bukan permasalahan yang baru di dunia pendidikan indonesia. Banyak sekolah yang mengalami hal seperti ini, anak malas untuk bersekolah karena guru yang tidak ada dan fasilitas sekolah yang tidak memadai.

Dengan kebiasaan seperti ini hari pertama, sulit rasanya menyesuaikan diri kepada lingkungan yang ada. Jika di luar sana pada umumnya anak-anak datang kesekolah pagi 07.00, disini anak-anak tidak tau  turun jam berapa karena harus kita jemput satu-satu untuk turun bersekolah. Karena sudah terbiasa untuk tidak sekolah dengan alasan guru yang tidak ada disekolah untuk mengajar. Ya.. itulah kebiasaan anak disana. Sulit jelas sulit namun ini tantangan dari pengabdian kami yang harus dijalani. Kita siap menjemput mereka kerumah masing-masing dan bagaimna memberikan kesan pertama yang membuat mereka merasa menyenangkan berada di sekolah. Memberikan  rasa nyaman dengan suasana kelas yang ramai penuh dengan canda tawa dan bermain sambil belajar.

Bersyukur tidak ada usaha yang menghianati hasil, mereka merasa senang dan hari berikutnya kami tidak lagi menjemput mereka untuk ke sekolah, malah terbalik kami yang di jemput meraka jika sudah lambat ke sekolah. Bahagia rasanya ketika mereka tertawa lepas, dan semangat untuk belajar. Walaupun seharusnya mereka mendapatkan pendidikan yang layak sepeti anak-anak yang ada di perkotaan.

Tapi itu  tidak melunturkan semangat anak-anak ini untuk terus belajar. Semangat yang luar biasa yang membuat kami tak lagi mengenal rasa lelah untuk membagi ilmu kepada mereka. Terhitung 10 hari, bersama mereka mengajarkan kami banyak hal tentang berbagi dan merasakan apa yang mereka rasakan. Dengan kondisi lingkungan yang tidak ada listrik, sinyal dan kurangnya air bersih. Pengalaman yang luar biasa yang tidak semua orang di berikan kesempatan untuk merasa kan hal ini. Inilah yang membuat kami  banyak bersykur kepada sang pencipta yang memberikan kami kesempatan untuk menimbah ilmu di sekolah yang nyaman dan fasilitas yang memadai. Walaupun dengan keadaan sekolah yang apa adanya anak-anak ini tidak pernah sedikitpun melihatkan wajah sedihnya. Hanya senyum canda tawa yang selalu mereka perlihatkan, semangat untuk terus belajar dan menggapai cita-cita mereka kelak. Ini pengabdian  pertama kami,  mengajar di atas laut dengan 18 anak yang setiap harinya berubah-ubah jumlahnya.

Pengalaman mengajar di kampung terapung ini akan menjadi pengalaman terindah. Disamping ada kewajiban untuk mengajar anak-anak siandau, kami dimanjakan dengan suasana laut lepas di ujung kampung terapung ini. Disitu lah rasa lelah kami hilang selama seharian full mengajari anak-anak siandau tercinta. Disamping kegiatan mengajar kami juga Menyempatkan diri untuk mendengar keluh kesah orang tua anak-anak tentang pendidikan anaknya di siandau ini. Besar harapan orangtua mereka anaknya dapat lanjut ke jenjangn berikutnya dan mendapatkan perhatian dari pemerintah

Semoga kehadiran kami ini menjadi bagian kecil solusi dari permasalahan yang ada. Dan pada akhirnya dimana ada pertemuan pasti ada perpisahan, kami harus berpisah dengan anak-anak yang banyak mengajari banyak hal tentang arti hidup. Terima kasih membawa kami terapung sepuluh hari bersama senyum manis kalian dan warga siandau. Semoga apa yang kalian cita-citakan terwujud dan menjadi anak yang cerdas membanggakan bangsa indonesia. Karena mereka, kami ada untuk indonesia!

MAJU TERUS PENDIDIKAN INDONESIA, SALAM PENDIDIKAN.

Tarakan, 16 Februari 2016
Komunitas Jendela Nusantara Kaltara

My Instagram